Senin (9/10) seperti biasa UNNES di lingkungan Rektorat mengadakan Apel Pagi. Rektor sebagai Pembina Apel. Pesan yang disampaikan Prof. Dr. Fathur Rohman, M. Hum diawali dengan sebuah cerita waktu bertugas di Bali. UNNES mendapatkan “tempat” dalam forum itu. Rektor UNNES dikenalkan oleh Menteri kepada hadirin yang ada di ruang transit. Menteri mengatakan forum ini, seperti yang dilakukan oleh UNNES yaitu Bela Negara. UNNES sudah menerapkan kegiatan Bela Negara.
Cerita di atas menunjukkan bahwa UNNES sudah BANGKIT dan MELAMBUNG. Di hadapan ribuan orang di forum tesebut, hanya UNNES yang disebut namanya. Lalu, pertanyaannya, “Bagaimana UNNES bisa bangkit dan melambung, saat forum tersebut atau even lainnya? Jawabnya ada 3 kunci mengapa UNNES bisa bangkit dan melambung.
Pertama, mindset atau pola pikir warga UNNES harus berbeda dengan lembaga lain. Dasar pola pikir ini adalah kepercayaan. Orang yang memiliki pola pikir, pasti memiliki kepercayaan diri (confidence) yang sangat tinggi. Yakin dulu, maka pola pikir akan terbentuk. Misal, UNNES bisa bereputasi Internasional, itulah keyakinannya, maka pola pikirnya hanya Internasional, Internasional dan Internasional. Dari sisi publikasi, ya publikasi Internasional melalui Scopus dan Thomson.
Dari layanan juga Internasional, yaitu manajemen yang efektif, efisien, dan responsif. Dan, contoh lainnya. Jika sudah dalam mindset, maka muncul dalam tindakan. Tindakan civitas akademika UNNES otomatis “berlari” ke arah Internasionalisasi. Itulah mindset. Pola pikir, percaya diri dan tindakan.
Kedua, value atau nilai. Ada pepatah value is currency. Artinya, “nilai” adalah mata uang. Yang namanya mata uang tidak langsung muncul begitu saja. Tetapi bertahap. “Nilai” muncul tahap demi tahap, dan tidak berhenti. “Nilai” bisa berjalan, karena proses dan jangkanya panjang. UNNES tidak berdiri hingga sekarang karena “nilai-nilai” yang diajarkan oleh sesepuh, yaitu nama-nama rektor IKIP dan UNNES, mulai dari Mochtar, Moenadi, Wuryanto, Hari Mulyono, Retmono, Rasdi Ekosiswoyo, Ari Tri Soegito, dan Sudijono Sastroatmodjo. “Nilai-nilai” yang diajarkan oleh sesepuh, hingga saat ini UNNES memegang teguh. Itulah “nilai”. Setiap civitas akademika UNNES harus memegang “nilai-nilai” tersebut.
Ketiga, inovasi. Setiap elemen yang ada di UNNES harus melakukan inovasi. Inovasi itu mengubah atau “memberi sentuhan”. Buah dari inovasi adalah UNNES mendapatkan trust atau kepercayaan dari masyarakat. UNNES nomor 1 webometrics dalam karakter konservasi di Indonesia, sehingga UNNES memiliki “masterpiece” sesuai dengan bidangnya. Dan, itu diakui oleh masyarakat. Masyarakat berbondong-bondong belajar sistem remunerasi. Sekolah meminta untuk di PPL-i oleh UNNES. Itulah inovasi yang sudah berbuah kepercayaan.
Nah, sekarang kita bagaimana? Ada tidak 3 sifat dalam diri kita? Jika belum, bersegeralah untuk mendapatkan 3 sifat itu. Dengan cara apa? Tunjukkan jati dirimu? Siapa Anda? Mahasiswa UNNES (misal). Buatlah “identitas mahasiswa” seperti kartu nama. Berikan identitas itu kepada orang lain dengan kedua tangan memberikannya.
Jangan melempar “kartu nama” itu. Atau pula menjatuhkan “kartu nama” itu. Karena, di situlah nama UNNES dibangun. Semoga kita bangga menjadi warga UNNES. Setiap civitas akademika UNNES harus menjunjung tinggi “kartu nama” itu dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai terjatuh nama UNNES karena masalah sepele dan kecil. Itu baru Mahasiswa, belum “masterpiece” yang lainnya.
Wajar jika ada artis yang tampil ke panggung memberikan tepuk tangan, bunga, atau pujian. Bahkan, ada yang mencelanya. Itu adalah penilaian dari penonton. Demikian juga UNNES, saat bangkit dan melambung, pasti ada pihak yang sebagaimana “artis” berdiri di atas panggung. Ada yang suka dan mencibirnya. Mari kita buka hati dan pikiran kita, serta doakan agar UNNES bisa selalu bangkit dan melambung. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada pemimpin-pemimpin UNNES. Amin
Agung Kuswantoro
Dosen pendidikan ekonomi UNNES dan penulis buku Motivasi dan Hikmah Kehidupan
Saya Bangga Jadi Mahasiswa UNNES .
UNNES Jaya selalu Ammiin..