Mendorong Guru SD Menjadi Peneliti


Mendorong Guru SD Menjadi Peneliti

Guru Sekolah Dasar (SD) adalah guru istimewa dan berat tugasnya. Mengapa? Karena mereka menempati posisi dasar dalam mentransfer ilmu dan moral sebelum siswa melangkah ke jenjang SMP, SMA dan perguruan tinggi. Jika di PAUD/TK, anak-anak hanya dituntut bermain edukatif atau belajar dan bermain, maka saat di SD, mereka dituntut belajar tentang pengetahuan, memiliki landasan moral serta karakter.

Tugas berat inilah yang harus dilihat. Sebab, selama ini guru SD dipandang sebelah mata. Padahal, tugasnya berat karena berada pada posisi dasar dan pemberi fondasi kecerdasan, baik intelektual, spiritual dan emosional.

Sejak muncul Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) tahun 2005, semua guru SD/MI harus sarjana (strata 1), karena sebelumnya hanya Diploma Dua. Sarjana menjadi ukuran menjadi guru yang minimal memiliki empat kompetensi yaitu pedagogi, kepribadian, sosial dan profesional ditambah delapan keterampilan mengajar. Cukupkah itu? Tentu belum. Pasalnya, sampai tahun 2018 ini, banyak guru SD yang sudah bergelar Magister.

Pengalaman menjadi dosen di Jurusan PGSD dan Prodi Pendidikan Dasar Pascasarjana UNNES, penulis menemukan banyak sekali guru-guru SD yang memiliki cita-cita dan harapan untuk menjadi magister pendidikan utamanya pendidikan dasar. Ini membuktikan bahwa di Jawa Tengah sendiri, geliat guru SD berpendidikan tinggi makin jelas. Penulis memprediksi, di tahun 2025-2030, jika sudah banyak Program Doktor Pendidikan Dasar, dipastikan banyak guru SD yang bergelar doktor. Hal ini sangat bagus untuk kemajuan pendidikan.

Meneliti

Bagaimana kuantitas dan kualitas penelitian pendidikan dasar? Tentu masih jauh dari harapan. Para penggiat di pendidikan dasar sendiri secara kuantitatif juga masih minim. Apalagi publikasi, hasil-hasil penelitian pendidikan masih tidak banyak mendominasi jurnal-jurnal nasional dan internasional bereputasi sekelas index scopus. Pemerintah melalui Kementrian RistekDikti saat ini sedang berusaha keras untuk meningkatkan kuantitas publikasi ilmiah dosen di Indonesia dengan kebijakan-kebijakan dan inovasinya sehingga memicu para penggiat pendidikan mampu menghasilkan karyanya dengan mempublikasikan pada jurnal-jurnal bereputasi.

Bagaimana dengan penelitian guru ?, Meneliti memang bukan kewajiban mutlak guru. Namun, menjadi wajib ketika pemenuhan Penilaian Angka Kredit (PAK) sesuai Permenpan RB No.16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Orientasi meneliti dan menulis guru SD tidak hanya untuk PAK, namun benar-benar meningkatkan kualitas dan menjaga “kultur ilmiah”. Apalagi saat ini banyak guru bergelar magister yang secara akademik sudah menjadi “ilmuwan”. Jika saat S1 ibarat latihan menjadi peneliti, tetapi jika sudah S2, mereka memang benar-benar menjadi peneliti.

Masalahnya, meskipun sudah S2, masih banyak guru SD yang punya “mental praktisi” bukan “mental ilmuwan” dan malas meneliti. Padahal mereka yang kuliah S2 itu nilai plus, karena secara profesi sebagai praktisi tingkat pendidikan dasar, namun dalam jenjang akademik mereka adalah ilmuwan.

Ketika sudah S2, guru SD harus memberi contoh kepada guru-guru lain untuk melestarikan menulis dan meneliti. Kegiatan literasi itu tidak hanya saat pemenuhan PAK atau ada perlombaan, namun harus dibiasakan. Meneliti, bukan hanya saat menyusun PTK, skripsi atau tesis saja. Namun, semua masalah di sekolah bisa menjadi bahan penelitian. Apalagi, saat ini banyak penerbit buku dan jurnal pendidikan dasar siap menampung tulisan hasil penelitian guru SD.

 

Pacu Kualitas

Kunci majunya suatu bangsa ditopang kualitas guru. Tidak heran ketika Kota Hiroshima dan Nagasaki Jepang dibom pada Agustus 1945, yang dicari dan ditanya pertama kali bukan jumlah harta yang tersisa, melainkan jumlah guru yang masih hidup. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya guru.

Akan tetapi, guru seperti apa yang dimaksud? Sebagai profesi, semua bisa disebut guru. Namun guru di sini, yaitu mereka yang berprofesi guru namun memiliki “kompetensi plus-plus”. Jika sekadar transfer ilmu, mereka hanya pengajar bisa, sebab guru itu yang bisa digugu dan ditiru. Agar berkualitas, maka guru harus rajin meneliti dan menulis, karena era globalisasi seperti ini penuh kompetisi.

Pada era millennia sekarang ini, semua kompetensi sudah memakai standar internasional, tidak lagi dengan standar nasional. Lalu, di mana peran guru SD? Sangat jelas, peletak ilmu dan moral paling dasar adalah guru SD. Hal itu akan semakin berkualitas dengan menghidupkan budaya literasi. Apalagi, Mendikbud Muhadjir Effendy menyatakan kemampuan literasi dalam pendidikan masih rendah dan harus didongkrak terus (Kompas, 3/3/2017). Hal itu bisa berjalan dimulai dari gurunya, kemudian baru muridnya.

Semua problem pendidikan bahkan masalah bangsa bisa dipecahkan melalui penelitian. Dalam konteks ini, guru SD bisa melakukan penelitian tidak hanya Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Mereka bisa meneliti berkaitan model, pendekatan, metode, strategi, media, teknik pembelajaran di kelas melalui penelitian kualitatif, kuantitatif, eksperimen dan Research and Development (R and D).

Jika berbicara malas, pasti semuanya punya rasa malas. Namun kemalasan meneliti harus diperangi. Sementara untuk proses bimbingan bisa dilakukan melalui forum Kelompok Kerja Guru (KKG) bagi guru SD dan forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bagi guru SMP dan SMA.

Selain itu, UPTD Pendidikan dan Dinas Pendidikan serta teman sejawat guru yang sudah menyandang gelar master juga bisa menjadi kolega penelitian. Berkolaborasi dalam satu tim dengan dosen juga merupakan alternatifnya. Di sinilah banyak peluang guru SD meneliti. Jika berbicara beban administrasi dan mengajar, semua guru pasti beralasan demikian. Ribuan alasan untuk tidak meneliti, namun juga ada jutaan alasan untuk mendorong meneliti. Sudah saatnya guru SD meneliti. Jika tidak sekarang, lalu kapan lagi?

– Farid Ahmadi M.Kom., Ph.D , dosen Pendidikan Guru sekolah Dasar (PGSD) Unnes, kini menjadi dosen tamu di Arab Open University, Arab Saudi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas:

X